
Memperingati Hari Demam Berdarah Dengue ( DBD ) 22 April 2022
Alek Gugi Gustaman, SKM
Beberapa tahun terakhir, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) seringkali muncul di musim pancaroba, khususnya pada musim penghujan seperti sekarang ini. Karena itu, masyarakat perlu mengetahui penyebab penyakit DBD, mengenali tanda dan gejalanya, sehingga mampu mencegah dan menanggulangi dengan baik.
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), jumlah kasus DBD kumulatif tercatat sebanyak 13.776 kasus DBD hingga 20 Februari 2022. Sementara, jumlah kematian akibat DBD sebanyak 145 kasus.
Kabupaten/kota yang melaporkan kasus DBD tertinggi adalah Kota Bandung dengan 598 kasus. Disusul Kota Depok sebanyak 394 kasus. Kemudian, kasusnya di Kabupaten Bogor dan Sumedang sama-sama sebanyak 347 kasus. Adapun di Kabupaten Cirebon dilaporkan sebanyak 317 kasus.
Pada 2021, Kota Bandung, Kota Depok, dan Kabupaten Bogor juga menjadi daerah dengan kasus DBD tertinggi. Kota Bandung memiliki 3.743 kasus, Kota Depok 3.155 kasus, dan Kabupaten Bogor 2.203 kasus.
Apa itu penyakit DBD?
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae.albopictus juga dapat menjadi vektor penular. Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Penyakit DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Bagaimana siklus penularan DBD?
Virus dengue biasanya menginfeksi nyamuk Aedes betina saat dia menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia), yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Nyamuk menjadi infektif 8-12 hari (periode inkubasi ekstrinsik) sesudah mengisap darah penderita yang sedang viremia dan tetap infektif selama hidupnya. Ciri-ciri nyamuk yang menyebarkan virus dengue ini adalah berwarna hitam dengan belang-belang putih di tubuhnya.
Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain. Setelah masa inkubasi di tubuh manusia selama 34 hari (rata-rata selama 4-6 hari) timbul gejala awal penyakit.
Gejala awal DBD antara lain demam tinggi mendadak berlangsung sepanjang hari, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung, kadang disertai adanya tanda-tanda perdarahan, pada kasus yang lebih berat dapat menimbulkan nyeri ulu hati, perdarahan saluran cerna, syok, hingga kematian. Masa inkubasi penyakit ini 3-14 hari, tetapi pada umumnya 4-7 hari.
Faktor Resiko DBD
Berikut beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya DBD adalah :
- Hidup atau melakukan perjalanan di daerah tropis.
- Pernah terinfeksi DBD sebelumnya.
- Faktor usia
- Penderita DBD 95% berusia dibawah 15 tahun.
- Seseorang yang memiliki sistem kekebalan tubuh rendah.
Bagaimana menanggulangi DBD?
Masyarakat perlu mewaspadai dan mengantisipasi serangan penyakit DBD dengan menjaga kebersihan lingkungan di dalam rumah maupun di luar rumah, antara lain melalui peningkatan Gerakan Jumat Bersih untuk membrantas sarang dan jentik-jentik nyamuk.
Saat ini, pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien adalah kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu:
1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es, dan lain-lain;
2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air, dan sebagainya;
3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.
Adapun yang dimaksud dengan Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan, seperti:
1) Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan;
2) Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk;
3) Menggunakan kelambu saat tidur;
4) Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk;
5) Menanam tanaman pengusir nyamuk;
6) Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah;
7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.
Penanganan DBD
Tidak ada terapi yang spesifik untuk DBD, berikut beberapa terapi yang dapat dillakukan untuk mencegah kondisi bertambah parah :
- Mengkonsumsi banyak cairan untuk mencegah dehidrasi karena muntah dan demam.
- Berkonsutasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi pengobatan yang dapat menurunkan gejala seperti nyeri dan demam.
- Jika kondisi semakin parah maka diperlukan perawatan intensif di rumah sakit.
* disadur dari berbagai sumber
HARI LANJUT USIA NASIONAL 2022
10 jam yang laluVAKSIN TERBARU SINOVAC 1,2,3 DAN ASTRAZENECA 1,2,3
2 hari yang laluHari Kenaikan Isa Almasih 2022
3 hari yang laluUPDATE STOK VAKSIN TERBARU RSJRW
4 hari yang laluPERPANJANGAN SELEKSI TERBUKA JABATAN KEPALA UNIT KERJA RSJRW
4 hari yang laluSELAMAT ULANG TAHUN PROF. DR. ABDUL KADIR, PH.D, SP.THT-KL(K), MARS (DIREKTUR JENDRAL PELAYANAN KESEHATAN KEMENKES RI)
4 hari yang laluTURUT BERDUKA CITA ATAS WAFATNYA dr. Achmad Yurianto, M.A.R.S(Anggota Dewan Pengawas RSJRW)
4 hari yang laluSELAMAT HARI KEBANGKITAN NASIONAL KE-114 TAHUN
4 hari yang laluTELEMEDICINE MERAIH PENGHARGAAN SEBAGAI INOVASI TERBAIK DI LINGKUNGAN KEMENKES RI
4 hari yang laluINFORMASI PERPANJANGAN REKRUTMEN TENAGA NON PNS RSJRW
4 hari yang lalu